Melambatnya pasar kendaraan listrik global membuat CEO Lamborghini Stephan Winkelmann, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap supercar yang sepenuhnya bertenaga listrik. Bos Lamborghini ini mengatakan bahwa supercar tersebut kurang memiliki "aspek emosional", dibandingkan supercar bertenaga ICE dan tidak menunjukkan potensi penjualan yang besar saat ini. Meskipun ada permintaan yang kuat untuk Lamborghini Revuelto hybrid plug in, Winkelmann mengatakan bahwa supercar listrik murni "sejauh ini belum ada yang laku".
Melansir Carscoops, Winkelmann tidak menganggap performa sebagai masalah bagi kendaraan listrik, namun ia menyampaikan bahwa beberapa aspek emosional dari supercar bertenaga ICE tidak dapat ditiru. Mobil dengan teknologi Plug in hibrid yang mempertahankan mesin V12 pada model Revuelto atau V8 pada Temerario dan Urus tidak memiliki masalah ini, dengan motor listrik dan baterai memungkinkan untuk dikendarai dalam mode tanpa emisi. Untuk masa depan yang lebih jauh, Lamborghini terbuka terhadap bahan bakar elektronik sintetis, yang saat ini sedang dikembangkan oleh rekanan VW Group, Porsche.
Kejati Aceh Sebut Tidak Menutup Kemungkinan Ada Tersangka Baru dalam Kasus BRA Serambinews.com Razman Sebut Toni RM Pengacara Kampung, Dapat Balasan Menohok : Memang tapi Tidak Kampungan Bangkapos.com Kuasa Hukum Harvey Moeis Sebut Mobil Mini Coopet Tidak Atas Nama Sandra Dewi Wartakotalive.com
VIDEO Arab Saudi sebut Kerajaan Tidak Punya Keterlibatan dalam Eskalasi dan Penargetan Hodeidah Serambinews.com Ikut Mencari Pembunuh Anaknya dan Vina, Pengacara Pitra Sebut Iptu Rudiana Tidak Terlibat Penyidikan Wartakotalive.com Perlu diketahui, Uni Eropa ingin secara efektif melarang penjualan kendaraan bertenaga ICE pada tahun 2035, meskipun rencana tersebut mungkin direvisi untuk mengecualikan bahan bakar elektronik.
Lamborghini saat ini menawarkan jajaran hybrid plug in yang terdiri dari Urus dan Revuelto, yang akan segera bergabung dengan Temerario. Kendaraan listrik pertama dari produsen supercar ini adalah crossover Lazandor dan diharapkan hadir pada tahun 2028. Perusahaan juga berupaya meningkatkan rantai pasokan dan fasilitas produksinya, untuk mengurangi emisi CO2 sebesar 40 persen hingga tahun 2030.